Priskila,Ibu dari orang-orang terbuang
***
Teriakan gembira
memenuhi salah satu ruangan kelas di Sekolah Kehidupan atau The School
Of Life Semarang, milik Priskilla Smith Jully saat sang kepala sekolah
memasuki ruangan itu.
“Mami, mami...datang,” teriak
murid-murid di dalam kelas tersebut. Para murid yang dimaksud adalah
mereka, anak-anak asuh, pasien atau bisa juga disebut sebagai keluarga
The School of life. Mereka terdiri dari penderita cacat fisik,depresi
gangguan jiwa, penderita stroke, korban perkosaan,bayi yang dibuang
orang tuanya, anak-anak korban perceraian dan lain-lain. Sekitar seratus
orang, tinggal di tempat tersebut.
Sambutan hangat mereka saat Priskila datang menunjukan betapa hubungan Priskila dengan “anak asuh”nya amatlah dekat.
Saat
ini sudah menjadi tahun ke enam, Priskilla menjadi ibu bagi orang-orang
terbuang yang ditampung di sekolah kehidupan miliknya. The School of
life. Sekolah ini berdiri tahun 2005. Berdirinya sekolah ini bermula
dari kisah hidup Priskilla.
KORBAN ABORSI
Ia
mengalami kebutaan sejak lahir. Cacat ini bukan tanpa sebab. Sejak
dalam kandungan orang tuanya beberapa kali berupaya “membunuhnya” dengan
melakukan aborsi. Dari cara tradisional sampai medis. Namun tidak
berhasil. Priskila tetap lahir ke dunia ini meski akhirnya tidak utuh.
Kehadiran Priskilla sebenarnya tidak diharapkan orang tuanya. Karena
jarak kelahiran dengan kakaknya terlalu dekat dan orang tuanya tidak
mengingkan anak keduanya sama-sama perempuan.
Hubungan
Priskilla dengan orang tuanya sempat memburuk. Meski akhirnya ia
memaafkan orang tuanya. Priskila sempat tumbuh menjadi anak yang
frustasi. Pernah suatu saat dia memiliki niat untuk bunuh diri. Namun
seorang teman menyadarkan dan mengajaknya terlibat sebagai aktifis
gereja. Dari sinilah kehidupan barunya dimulai.
“Setelah menjadi
aktifis gereja saya mulai merantau. Dari Jambi kota kelahiran saya,
kemudian ke Medan dan terakhir di Semarang. Tahun 2004 saya mengikuti
pendidikan karakter di Ungaran. Disana saya bertemu dengan dosen dari
Amerika, Tony Barnet. Dia bercerita tentang dream centre miliknya yang
berguna untuk menampung orang-orang yang dilantarkan. Cerita dia
memotivasi saya melakukan hal yang sama, meski awalnya saya ragu.
Mampukah saya? Saya bukan orang kaya?” tutur Priskilla.
Jalan
menuntun Priskilla mewujudkan mimpinya, memiliki dream centre untuk
menampung orang-orang yang terbuang dan tidak diinginkan hidupnya.
Priskilla mulai bekerja sebagai penyiar di radio Rhema Semarang. Ia
mulai memiliki uang sendiri dari gajinya. Ia manfaatkan gajinya untuk
merawat Merry, perempuan lumpuh yang baru saja menjadi yatim piatu. Ia
ajak Merry hidup bersama di tempat kosnya. Ia beri perhatian dan
menanggung hidup Merry. Dari Merry hingga kini berlanjut menjadi
seratusan anak asuhnya yang ia tampung dalam The School of Life
miliknya. Salah satunya, sekolah ini terwujud dari kepedulian
orang-orang yang mengetahu cita-cita mulianya. Disamping juga usaha
Priskilla.
Fandy calon profesor yang memperistri Priskila.
Di
sekolah kehidupan ini Priskilla menampung orang-orang terbuang untuk
dibina,diberi pendidikan, diberi harapan hingga mereka dapat percaya
diri dan mandiri. Priskilla tak sendiri dalam mengasuh mereka. Ia
melibatkan suaminya Fandy Kusuma sebagai orang tua asuh yang utama di
sekolahnya.
Fandy bagaikan malaikat bagi Priskila. Yang
selalu mendukung apa yang dilakukan Priskila,mencintai orang-orang
terbuang. Dengan kesetiaan kesabaran,keikhlasan dan cinta Fandy.
Fandy,pria
tampan calon profesor yang langganan cum laude, dan musisi hebat. Dia
bertemu Priskila saat menjadi narasumber pada sebuah talk show radio. "
Sesaat melihat Priskila,hati saya langsung berkata,yakin...ini jodoh
saya," Fandy menuturkan cerita cintanya. Tak lama, Fandy akhirnya
meminang Priskila. Dankebahagiaan mereka kini makin lengkap dengan
hadirnya 2 buah hati.
THE SCHOOL OF LIFE dan
Selain
Priskila dan suami, Fandy, sistem pendampingan di school of life juga
didukung para mentor, yang terdiri dari anak-anak muda yang bersemangat
membantu sesama di sekolah ini. “Mereka sarjana dari berbagai jurusan
termasuk psikolog yang memanfaatkan ilmunya disini,” kata Priskilla.
“Tak
hanya menerima, kami juga menjemput orang-orang terbuang untuk kami
rawat disini,” ujar Priskila. Bersama suaminya, ia menjemput bayi yang
dibuang orang tuanya. Pernah suatu ketika ada bayi lahir buta dan tidak
dikehendaki orang tuanya karena cacat mata. Ia menjemput bayi itu dan
merawatnya.
MERAWAT MODEL YANG DEPRESI.
Tak
terbayangkan, hidup bersama seratusan murid yang rata-rata mengalami
gangguan fisik parah dan gangguan kejiwaan. Saat aku datang ke sekolah
kehidupan priskila ini, sudah bisa ditebak aroma khas ruangan yang
berisi orang-orang sakit jiwa. Belum lagi celoteh para penghuninya yang
tidak karuan. Jika tidak benar-benar sabar dan ikhlas, rasanya sulit
menerima kehidupan mereka.
“Aaaw....” teriakku kaget saat
menginjak lantai basah. Aku hampir terpelest. Disampingku tampak seorang
nenek tertawa lebar menatapku. Ooo..rupanya, basah-basah dilantai tadi
adalah ompol nenek ini.
Selain menatap si nenek,
pandanganku juga menyapu seluruh ruangan. Diujung ruang tampak duduk
seorang gadis, rambut lurus panjang, badan langsing dan berkulit bersih.
Kaki jenjangnya sangat terlihat dari hot pants yang dia pakai.
“ Dia
model,” bisik seorang mentor. ‘Ooo..pantas sisa-sisa ke-sexy-an nya masih
terlihat meski dalam keadaan tekanan jiwa yang cukup berat.
Ditinggalkan kekasihnya dalam keadaan hamil. Sang model tak kuasa
menahan tekanan batin yang berujung pada sakit jiwanya.Aku sengaja tak mengambil gambarnya. Dari cara memilih tempat duduk saja,sendirian diujung ruangan, menandakan dia "masih bisa merasakan tidak nyaman" dipandang orang lain.
TAK ADA SYARAT KHUSUS
Prsikilla
tak memasang syarat yang berat untuk calon-calon anak asuhnya.” Mereka
benar-benar orang-orang terbuang yang sudah tidak memiliki siapa-siapa.
Mereka akan kami terima, kami ajarkan arti kehidupan,” ungkap ibu dari 2
anak ini.
Banyak diantara anak asuhnya yang tidak memiliki
keluarga. Bahkan alamat keluarga yang diberikan ternyata fiktif.
Priskilla tetap menerima dan menampung mereka tanpa memberi batas waktu.
Perempuan berparas ayu ini bahkan tidak memungut bayaran sepersen pun
dari keluarga anak asuhnya.
Priskilla yang akrab dipanggil
mami oleh anak-anak asuhnya ini, selain dekat secara pribadi ia juga
hafal semua tingkah laku dan kebiasaan seluruh anak asuhnya. Sapaanya
yang hangat dan ramah cukup menjadi motivasi kuat untuk bangkitnya
percaya diri anak-anak asuhnya.
Menjadi Motivator
Semangat
yang tak kenal menyerah itu membuat The School of Life terus maju. Saat
ulang tahun Kick Andy di Metro TV baru-baru ini, Priska terpilih
menjadi salah satu dari tujuh penerima Kick Andy Heroes 2011. Juga
mendapat penghargaan KARTINI Award 2011.
Pemerintah
Provinsi Jambi juga memberinya penghargaan sebagai putra daerah yang
inspiratif karena kepeduliannya terhadap orang-orang terbuang
Priskilla
kini aktif menjadi motivator di berbagai media. Beberapa stasiun radio
di Semarang bahkan mengontraknya menjadi pengisi acara tetap selama 2
tahun untuk program motivasi.
Semarang Juli 2011
Shinta Ardhany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar