Sabtu, 23 Juni 2012

Ibu Orang-Orang Terbuang



Priskila,Ibu dari orang-orang terbuang

 ***

Teriakan gembira memenuhi salah satu ruangan kelas di Sekolah Kehidupan atau The School Of Life  Semarang, milik Priskilla Smith Jully saat sang kepala sekolah memasuki ruangan itu.

“Mami, mami...datang,” teriak murid-murid di dalam kelas tersebut. Para murid yang dimaksud adalah mereka, anak-anak asuh, pasien atau bisa juga disebut sebagai keluarga The School of life. Mereka terdiri dari  penderita cacat fisik,depresi gangguan jiwa, penderita stroke, korban perkosaan,bayi yang dibuang orang tuanya, anak-anak korban perceraian dan lain-lain. Sekitar seratus orang, tinggal di tempat tersebut.
Sambutan hangat mereka saat Priskila datang menunjukan betapa hubungan Priskila dengan “anak asuh”nya amatlah dekat.






Saat ini sudah menjadi tahun ke enam, Priskilla menjadi ibu bagi orang-orang terbuang yang ditampung di sekolah kehidupan miliknya. The School of life. Sekolah ini berdiri tahun 2005. Berdirinya sekolah ini bermula dari kisah hidup Priskilla.

KORBAN ABORSI
Ia mengalami kebutaan sejak lahir. Cacat ini bukan tanpa sebab. Sejak dalam kandungan orang tuanya beberapa kali berupaya “membunuhnya” dengan melakukan aborsi. Dari cara tradisional sampai medis. Namun tidak berhasil. Priskila tetap lahir ke dunia ini meski akhirnya tidak utuh. Kehadiran Priskilla sebenarnya tidak diharapkan orang tuanya. Karena jarak kelahiran dengan kakaknya terlalu dekat dan orang tuanya tidak mengingkan anak keduanya sama-sama perempuan.

Hubungan Priskilla dengan orang tuanya sempat memburuk. Meski akhirnya ia memaafkan orang tuanya.  Priskila sempat tumbuh menjadi anak yang frustasi. Pernah suatu saat dia memiliki niat untuk bunuh diri. Namun seorang teman menyadarkan dan mengajaknya terlibat sebagai aktifis gereja. Dari sinilah kehidupan barunya dimulai.
“Setelah menjadi aktifis gereja saya mulai merantau. Dari Jambi kota kelahiran saya, kemudian ke Medan dan terakhir di Semarang. Tahun 2004 saya mengikuti pendidikan karakter di Ungaran. Disana saya bertemu dengan dosen  dari Amerika, Tony Barnet. Dia bercerita tentang dream centre miliknya yang berguna untuk menampung orang-orang yang dilantarkan. Cerita dia memotivasi saya melakukan hal yang sama, meski awalnya saya ragu. Mampukah saya? Saya bukan orang kaya?” tutur Priskilla.

Jalan menuntun Priskilla mewujudkan mimpinya, memiliki dream centre untuk menampung orang-orang yang terbuang dan tidak diinginkan hidupnya. Priskilla mulai bekerja sebagai penyiar di radio Rhema Semarang. Ia mulai memiliki uang sendiri dari gajinya. Ia manfaatkan gajinya untuk merawat Merry, perempuan lumpuh yang baru saja menjadi yatim piatu. Ia ajak Merry hidup bersama di tempat kosnya. Ia beri perhatian dan menanggung hidup Merry. Dari Merry hingga kini berlanjut menjadi seratusan anak asuhnya yang ia tampung dalam The School of Life miliknya. Salah satunya, sekolah ini terwujud dari kepedulian orang-orang yang mengetahu cita-cita mulianya. Disamping juga usaha Priskilla.




Fandy calon profesor yang memperistri Priskila.
Di sekolah kehidupan ini Priskilla menampung orang-orang terbuang untuk dibina,diberi pendidikan, diberi harapan hingga mereka dapat percaya diri dan mandiri. Priskilla tak sendiri dalam mengasuh mereka. Ia melibatkan suaminya Fandy Kusuma sebagai orang tua asuh yang utama di sekolahnya.

Fandy bagaikan malaikat bagi Priskila. Yang selalu mendukung apa yang dilakukan Priskila,mencintai orang-orang terbuang. Dengan kesetiaan kesabaran,keikhlasan dan cinta Fandy. 

Fandy,pria tampan calon profesor yang langganan cum laude, dan musisi hebat. Dia bertemu Priskila saat menjadi narasumber pada sebuah talk show radio. " Sesaat melihat Priskila,hati saya langsung berkata,yakin...ini jodoh saya," Fandy menuturkan cerita cintanya. Tak lama, Fandy akhirnya meminang Priskila. Dankebahagiaan mereka kini makin lengkap dengan hadirnya 2 buah hati.

THE SCHOOL OF LIFE dan
Selain Priskila dan suami, Fandy, sistem pendampingan di school of life juga didukung para mentor, yang terdiri dari anak-anak muda yang bersemangat membantu sesama di sekolah ini. “Mereka sarjana dari berbagai jurusan termasuk psikolog yang memanfaatkan ilmunya disini,” kata Priskilla.

“Tak hanya menerima, kami juga menjemput orang-orang terbuang untuk kami rawat disini,” ujar Priskila. Bersama suaminya, ia menjemput bayi yang dibuang orang tuanya. Pernah suatu ketika ada bayi lahir buta dan tidak dikehendaki orang tuanya karena cacat mata. Ia menjemput bayi itu dan merawatnya.

MERAWAT MODEL YANG DEPRESI.
Tak terbayangkan, hidup bersama seratusan murid yang rata-rata mengalami gangguan fisik parah dan gangguan kejiwaan. Saat aku datang ke sekolah kehidupan priskila ini, sudah bisa ditebak aroma khas ruangan yang berisi orang-orang sakit jiwa. Belum lagi celoteh para penghuninya yang tidak karuan. Jika tidak benar-benar sabar dan ikhlas, rasanya sulit menerima kehidupan mereka.







“Aaaw....” teriakku kaget saat menginjak lantai  basah. Aku hampir terpelest. Disampingku tampak seorang nenek tertawa lebar menatapku. Ooo..rupanya, basah-basah dilantai tadi adalah ompol nenek ini.

Selain menatap si nenek, pandanganku juga menyapu seluruh ruangan. Diujung ruang tampak duduk seorang gadis, rambut lurus panjang, badan langsing dan berkulit bersih. Kaki jenjangnya sangat terlihat dari hot pants yang dia pakai. 

“ Dia model,” bisik seorang mentor. ‘Ooo..pantas sisa-sisa ke-sexy-an nya masih terlihat meski dalam keadaan tekanan jiwa yang cukup berat. Ditinggalkan kekasihnya dalam keadaan hamil. Sang model tak kuasa menahan tekanan batin yang berujung pada sakit jiwanya.Aku sengaja tak mengambil gambarnya. Dari cara memilih tempat duduk saja,sendirian diujung ruangan, menandakan  dia "masih bisa merasakan tidak nyaman" dipandang orang lain.

TAK ADA SYARAT KHUSUS
Prsikilla tak memasang  syarat yang berat untuk calon-calon anak asuhnya.” Mereka benar-benar orang-orang terbuang yang sudah tidak memiliki siapa-siapa. Mereka akan kami terima, kami ajarkan arti kehidupan,” ungkap ibu dari 2 anak ini.
Banyak diantara anak asuhnya yang tidak memiliki keluarga. Bahkan alamat keluarga yang diberikan ternyata fiktif. Priskilla tetap menerima dan menampung mereka tanpa memberi batas waktu. Perempuan berparas ayu ini bahkan tidak memungut bayaran sepersen pun dari keluarga anak asuhnya.

Priskilla yang akrab dipanggil mami oleh anak-anak asuhnya ini, selain dekat secara pribadi ia juga hafal semua  tingkah laku dan kebiasaan seluruh anak asuhnya. Sapaanya yang hangat dan ramah cukup menjadi motivasi kuat untuk bangkitnya percaya diri anak-anak asuhnya.

Menjadi Motivator
Semangat yang tak kenal menyerah itu membuat The School of Life terus maju. Saat ulang tahun Kick Andy di Metro TV baru-baru ini, Priska terpilih menjadi salah satu dari tujuh penerima Kick Andy Heroes 2011. Juga mendapat penghargaan KARTINI Award 2011.

Pemerintah Provinsi Jambi juga memberinya penghargaan sebagai putra daerah yang inspiratif karena  kepeduliannya terhadap orang-orang terbuang

Priskilla kini aktif menjadi motivator di berbagai media. Beberapa stasiun radio di Semarang bahkan mengontraknya menjadi pengisi acara tetap selama 2 tahun untuk program motivasi.


Semarang Juli 2011
Shinta Ardhany  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar