Sabtu, 07 Juli 2012

Penyiar Radio Tuna Netra : Semangat Menjalani Dunia Barunya


“ Mbak Shinta apa kabar? Lagi dimana neh? Kapan-kapan main ke Sahabat Mata lagi ya, pengen ngobrol banyak lagi soal MC dan siaran,”

Ini bunyi sms dari Sofyan, penyiar tuna netra di Radio Sahabat Mata Semarang. Dia menjadi rajin kirim sms  ke aku, setelah aku meliput launching radionya, Radio Komunitas Tuna Netra, Sahabat Mata FM. 

Sempat kaget waktu terima sms Sofyan, karena rentangnya cukup lama dari waktu aku liputan di radionya. Sekitar 6 bulan !  Tapi Senang, ternyata Sofyan masih menyimpan nomorku. 

Dia jadi sering sms dan diskusi tentang siaran dan per-MC-an. 


Tuna netra kok bisa sms? Bisa...! Tapi dengan penuh perjuangan!  Salah satu mata Sofyan masih berfungsi, meski amaaat lemah. Jika dia sms atau men dial nomor di handphone-nya, tombol dan layar Hp dilekatkan di matanya. Amat dekat, hanya berjarak 1 cm dari mata. 

Sofyan memang buta  sejak kecil, tapi bukan sejak lahir. Seperti penyandang tunet kebanyakan, setelah buta, Sofyan berlatih dan akhirnya menjalani profesi sebagai tukang pijat. 

Namun Sofyan juga berhasil mengelola sisi lain dari dirinya sehingga ketrampilan yang dia miliki tidak hanya memijat tapi juga trampil lainnya. Dia okey banget kalau diminta tampil sebagai pemandu acara di berbagai kesempatan. 


Yap, Sofyan memiliki bakat komunikasi yang tinggi. “ Spontan dan komunikatif,” itu kesanku pertama kali saat melihatnya menjadi MC untuk launching Radio Komunitas Tuna Netra, Sahabat Mata FM. 

Ini memoriku tentang Sofyan saat itu, awal tahun 2011. 

****
Assalamualaikum,, alhamduliah meski diirngi hujan dan sedikit angin tidak menyurutkan niat kita, sampai membuat acara ini selesai” 

Suara mungil Sofyan melengking memenuhi halaman Radio Sahabat Mata. Sofyan memandu peresmian Radio tersebut. 

Awalnya aku kira Sofyan adalah perempuan, kalau dengar dari suaranya. Kecil, melengking imut.   Tapi setelah melihat fisiknya, bukan perempuan bangettt lah. Dia lelaki tulen, yang asli, masih macho dan tidak melambai sama sekali. 
 
Aku ingat, suasana hujan yang amat gerimis sore itu tak menghalangi puluhan orang untuk menghadiri peresmian radio Sahabat Mata Semarang. Mereka yang datang, para penyandang tuna netra, pejabat Kecamatan setempat, sebagian warga Jatisari( lokasi perumahan dimana Studio Radio ini berada), mahasiswa dan sebagian jurnalis. 

Kita tahu kan? Puluhan bahkan ratusan stasiun radio bermunculan belakangan ini namun Radio Sahabat Mata, berbeda. Ini radio komunitas pertama dan satu-satunya di Jawa Tengah yang dikelola dan berisi orang-orang tuna netra. Pemilik, penyiar hingga operatornya adalah peyandang tuna netra. 

Kekurangan tak menjadi penghalang untuk mereka tetap professional mengelola radio. Salah satunya ya  Sofyan tadi. Penyiar senior di Radio Sahabat Mata. ^_^

“Kami mohon pak burhan untuk membuka dan meresmikan radio sama…silahkan pak…Kita buka launching Sama fm,..mudah-mudahan bisa menjadi radio yang mewakili komunitas sahabat mata…”lanjut MC Sofyan memandu acaranya.

 Awalnya Sofyan memang MC. Dia sering diminta memandu acara di semua even para tuna netra. Keahlian MC-nya lantas membawa remaja bertubuh kurus ini menjadi penyiar. Broadcaster :) Siaran di beberapa radio kini menjadi rutinitasnya.

***
Radio Sahabat Mata mengudara dari kawasan ujung barat Kota Semarang. Karena radio komunitas, Sahabat Mata hanya melayani pendengar dalam radius 3 km saja ,  masyarakat di sekitar Kawasan Semarang barat dan beberapa kawasan Kabupaten Kendal.


Semua program siaran dijalankan oleh 6 kru radio. Risma Dewi, direktur radio Sahabat Mata, merinci dari semua kru, pemilik, penyiar dan operator radio adalah penyandang tuna netra, hanya dirinya saja yang awas atau normal. 


Selain Sofyan, masih ada Risky Ristanto.  Penyandang tuna netra berusia  15 tahun ini mengaku sangat gembira dengan kehadiran radio ini. Remaja dengan tampang sedikit  timur tengah itu lancar mengungkapkan perasaannya, setelah menjadi penyiar.  

Perasaan jadi penyiar gimana?tanyaku

   “ Seneng seh. Karena aku belum pernah siaran dimana-dimana, baru pertama kali disni." 

" Dapat apa aja? " tanyaku lagi. 

" Dapat temen,  dikenal orang!  Banyak temen. Senanggg kayak gitu, lewat  radio itu bisa terkenaaall..hehehehheee.” jawabnya sambil tertawa riang.  


     Penyiar lainnya, Jito. Pemuda 22 tahun, mantan preman yang mengalami kebutaan belum lama. 


Aku peminum berat. Semua minuman aku sikat. Yang murni yang oplosan, gasakk semua! ” ucap Jito, tenang. Tak ada kesedihan yang tertangkap dari nada suaranya. Kalau penyesalan ada seh, tapi Jito saat itu sudah terlihat ‘lebih tenang dan nrimo. 


“ Kejadiannya, saat itu di kampungku ada pesta miras. Aku ikutan.  Beberapa hari setelah itu, mabuknya sudah hilang memang. Aku sudah standar. Tapi saat aku naik motor, sore sekitar jam 5, dunia tiba-tiba gelap!!! Aku mendadak tidak bisa melihat, padahal masih diatas sepeda motor. Beruntung masih bisa minggir dan dibantu orang,” Jito melanjutkan kisah butanya. 

“ Lalu?” pancingku.

“ Sejak itu, baru ku sadari, kedua mataku sudah tidak berfungsi sama sekali. Racun miras oplosan telah menghancurkan syaraf-syaraf di mataku.” 

Hingga cerita bagian ini,aku tak berani melanjutkan pertanyaan. Sesaat Jito diam, aku ikuti saja. Sampai akhirnya ia sendiri yang melanjutkan ceritanya. 


“ Aku menjadi sangat emosian saat itu, setelah tahu aku sekarang buta! Kabeh wong nek omah, tak amuk.*Semua orang di rumah ingin ku hajar* Aku maluuuuuu ketemu teman-teman. Aku mengurunggg diri di rumah dalam waktu lama. Hanya beberapa teman akrabku saja yang ku kabari, aku buta sekarang!” masih kata Jito. 

Pemuda hitam manis ini akhirnya memiliki semangat baru setelah  bertemu Pak Basuki. 

“Aku solat Jumat di masjid Jatisari, ini perumahan kakakku. Setelah solat Jumat, aku ditemui Pak Basuki, dan diajak kemari, ke rumah Sahabat Mata ini. Diberi motivasi, pencerahan. Satu yang paling aku ingat dan membuatku ikhlas adalah ungkapan Pak Basuki, disaat seseorang diambil indra penglihatannya oleh Allah swt, itu tandanya satu pintu maksiat telah ditutup dan pintu surga menantinya,” ucap Jito lancar. 

Dan memang, sosok Jito yang kulihat saat itu, sudah tak memiliki beban. Ia sudah begitu ringan menjalani takdirnya, takdir yang disumbang juga karena kebodohannya, mengakrabi minuman keras kala itu. 


MATERI SIARAN.
Untuk materi siaran, mereka dapatkan dari pelatihan penyiaran yang diberikan radio swasta di Semarang untuk kru radio Sahabat Mata. Risma Dewi, Direktur Radio Sahabat Mata menuturkan tak ada kendala dalam melatih mereka. 


 Sebelum siaran, saya latih olah vocal, latihan siaran 3 hari, mereka juga suka cuap-cuap narsis dibelakang mix, mereka tinggal main mixernya saja, keyboard mereka sebelum siaran dah bisa dulu, komputernya, dari tahun dulu dah bisa computertutur Risma. 

Bukan hanya lancar bersiaran, para penyiar radio Sahabat Mata ini mahir mengajari siaran para penyiar remaja. Ada satu program yang mereka khususkan untuk memberi kesempatan pelajar bersiaran. Mereka menyebar brosur kesekolah-sekolah tentang program ini.  Anggun, salah satu siswa yang tertarik mengikuti pelatihan siaran tersebut.

Kebeneran, sblmnya pengen,gmn jd penyiar radio, ya pengene cari pengalamam ttg penyiar radio gmn. Yg ngasi tau, ada undangan dari sini ke sekolahan. Terus kasi buat ikutan disni,” kata Anggun. 


IDE RADIO DARI BAKAT-BAKAT LUAR BIASA
Dari mana ide radio ini berawal. Basuki, ketua Yayasan Sahabat Mata sekaligus pendiri radio tuna netra menyatakan ide mendirikan radio muncul setelah dirinya mengetahui bakat-bakat luar biasa  komunitasnya dari pentas teather tuna netra. Semua dilakoni tuna netra, kecuali make up dan lighthing. 

Karena kebetulan temen-teman kan punya bakat tersendiri, ada yang suka ngomong, ada yang musik. Kalau bakat-bakat seperti ini tak dikembangkan, kan susah, sementara untuk mengembangkan potensi itu kita lihat dari radio” jelas Basuki. 

Tahun 2008, proses pembuatan radio komunitas tuna netra dimulai. Basuki mengumpulkan dana dari banyak pihak, iuran anggota komunitas sampai sponsor. Perlengkapan siaran didapat secara bertahap. 

Total 10 jutaan, pertama kali computer, ada 4. Yang buat apa saja, untuk belajar. komputer diradio 1, yang lain untuk latihan teman-teman disni, latihan komuter biasa, buat nulis, kenal kompuer operasikan, semua dilengkapi system jowz..screen reader,pembaca layar, kita instal agar tampilan dimonitor bisa berubah jadi audio.” 


Radio Sahabat Mata sudah mengudara 2010. Memulai siaran jam 3 sore sampai jam 10 malam. Radio yang memakai tagline menuju jalan cahanya ini fokus pada program dakwah, pendidikan hiburan dan motivasi.
 
Berjalan dengan kru yang minim dan para penyandang tuna netra tak menyurutkan semangat awak radio untuk mengikis stigma dari masyarakat yang selama ini kerap mereka terima. 

Banyak sekali yg kita terima, stigma di masyarakat, selain tukang pijat, minta-minta.  Jadi saya sering terjadi masuk toko sebelum ngomong sudah disodori uang dulu,500 -1000, dkira minta-minta,  padahal kta mau beli,” curhat Basuki. 

Inspirasi
Shinta Ardhan, Semarang, 2012




 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar