“ Mbak Shinta apa kabar? Lagi dimana
neh? Kapan-kapan main ke Sahabat Mata lagi ya, pengen ngobrol banyak lagi soal
MC dan siaran,”
Ini bunyi sms dari Sofyan,
penyiar tuna netra di Radio Sahabat Mata Semarang. Dia menjadi rajin kirim sms ke aku,
setelah aku meliput launching radionya, Radio Komunitas Tuna Netra, Sahabat
Mata FM.
Sempat kaget waktu terima
sms Sofyan, karena rentangnya cukup lama dari waktu aku liputan di radionya. Sekitar
6 bulan ! Tapi Senang, ternyata Sofyan
masih menyimpan nomorku.
Dia jadi sering sms dan
diskusi tentang siaran dan per-MC-an.
Tuna netra kok bisa sms? Bisa...! Tapi dengan penuh perjuangan! Salah satu mata Sofyan masih berfungsi, meski amaaat lemah. Jika dia sms atau men dial nomor di handphone-nya, tombol dan layar Hp dilekatkan di matanya. Amat dekat, hanya berjarak 1 cm dari mata.
Tuna netra kok bisa sms? Bisa...! Tapi dengan penuh perjuangan! Salah satu mata Sofyan masih berfungsi, meski amaaat lemah. Jika dia sms atau men dial nomor di handphone-nya, tombol dan layar Hp dilekatkan di matanya. Amat dekat, hanya berjarak 1 cm dari mata.
Sofyan memang buta sejak kecil, tapi bukan sejak lahir. Seperti penyandang
tunet kebanyakan, setelah buta, Sofyan berlatih dan akhirnya menjalani profesi sebagai tukang
pijat.
Namun Sofyan juga berhasil mengelola sisi lain dari dirinya sehingga ketrampilan yang dia miliki tidak hanya memijat tapi juga trampil lainnya. Dia okey banget kalau diminta tampil sebagai pemandu acara di berbagai kesempatan.
Yap, Sofyan memiliki bakat komunikasi yang tinggi. “ Spontan dan komunikatif,” itu kesanku pertama kali saat melihatnya menjadi MC untuk launching Radio Komunitas Tuna Netra, Sahabat Mata FM.
Namun Sofyan juga berhasil mengelola sisi lain dari dirinya sehingga ketrampilan yang dia miliki tidak hanya memijat tapi juga trampil lainnya. Dia okey banget kalau diminta tampil sebagai pemandu acara di berbagai kesempatan.
Yap, Sofyan memiliki bakat komunikasi yang tinggi. “ Spontan dan komunikatif,” itu kesanku pertama kali saat melihatnya menjadi MC untuk launching Radio Komunitas Tuna Netra, Sahabat Mata FM.
Ini memoriku tentang
Sofyan saat itu, awal tahun 2011.
****
“
Assalamualaikum,, alhamduliah meski diirngi hujan dan sedikit angin tidak
menyurutkan niat kita, sampai membuat acara ini selesai”
Suara mungil Sofyan melengking memenuhi halaman
Radio Sahabat Mata. Sofyan memandu peresmian Radio tersebut.
Awalnya aku kira Sofyan adalah perempuan, kalau
dengar dari suaranya. Kecil, melengking imut. Tapi setelah melihat fisiknya, bukan perempuan bangettt lah. Dia
lelaki tulen, yang asli, masih macho dan tidak melambai sama sekali.
Aku ingat, suasana hujan yang amat gerimis
sore itu tak menghalangi puluhan orang untuk menghadiri peresmian radio Sahabat
Mata Semarang. Mereka yang datang, para penyandang tuna netra, pejabat Kecamatan setempat,
sebagian warga Jatisari( lokasi perumahan dimana Studio Radio ini berada),
mahasiswa dan sebagian jurnalis.
Kita tahu kan? Puluhan bahkan ratusan stasiun radio bermunculan
belakangan ini namun Radio Sahabat Mata, berbeda. Ini radio komunitas pertama dan satu-satunya
di Jawa Tengah yang dikelola dan berisi orang-orang tuna netra. Pemilik,
penyiar hingga operatornya adalah peyandang tuna netra.
Kekurangan tak menjadi penghalang untuk mereka
tetap professional mengelola radio. Salah satunya ya Sofyan tadi. Penyiar senior di
Radio Sahabat Mata. ^_^
“Kami mohon
pak burhan untuk membuka dan meresmikan radio sama…silahkan pak…Kita buka
launching Sama fm,..mudah-mudahan bisa menjadi radio yang mewakili
komunitas sahabat mata…”lanjut MC Sofyan memandu acaranya.
Awalnya Sofyan memang MC. Dia sering diminta memandu acara di semua even para tuna netra. Keahlian MC-nya lantas membawa remaja bertubuh kurus ini menjadi penyiar. Broadcaster :) Siaran di beberapa radio kini menjadi rutinitasnya.
***
Radio Sahabat Mata mengudara dari kawasan
ujung barat Kota Semarang. Karena radio komunitas, Sahabat Mata hanya melayani
pendengar dalam radius 3 km saja , masyarakat di sekitar Kawasan Semarang barat
dan beberapa kawasan Kabupaten Kendal.
Semua program siaran dijalankan oleh 6 kru
radio. Risma Dewi, direktur radio Sahabat Mata, merinci dari semua kru,
pemilik, penyiar dan operator radio adalah penyandang tuna netra, hanya dirinya
saja yang awas atau normal.
Selain Sofyan, masih ada Risky Ristanto. Penyandang tuna netra
berusia 15 tahun ini mengaku sangat gembira dengan kehadiran radio ini. Remaja dengan tampang sedikit
timur tengah itu lancar mengungkapkan perasaannya, setelah menjadi penyiar.
“ Perasaan jadi penyiar gimana?” tanyaku
“ Perasaan jadi penyiar gimana?” tanyaku
“ Seneng seh. Karena aku belum pernah siaran
dimana-dimana, baru pertama kali disni."
" Dapat apa aja? " tanyaku lagi.
" Dapat temen, dikenal orang! Banyak temen. Senanggg kayak gitu, lewat radio itu bisa terkenaaall..hehehehheee.” jawabnya sambil tertawa riang.
" Dapat apa aja? " tanyaku lagi.
" Dapat temen, dikenal orang! Banyak temen. Senanggg kayak gitu, lewat radio itu bisa terkenaaall..hehehehheee.” jawabnya sambil tertawa riang.
Penyiar lainnya,
Jito. Pemuda 22 tahun, mantan preman yang mengalami kebutaan belum lama.
“ Aku peminum berat. Semua minuman aku sikat. Yang murni yang oplosan,
gasakk semua! ” ucap Jito, tenang. Tak ada kesedihan yang tertangkap dari
nada suaranya. Kalau penyesalan ada seh, tapi Jito saat itu sudah terlihat ‘lebih
tenang dan nrimo.
“ Kejadiannya, saat itu di kampungku ada pesta miras. Aku ikutan. Beberapa hari setelah itu, mabuknya sudah
hilang memang. Aku sudah standar. Tapi saat aku naik motor, sore sekitar jam 5,
dunia tiba-tiba gelap!!! Aku mendadak tidak bisa melihat, padahal masih diatas
sepeda motor. Beruntung masih bisa minggir dan dibantu orang,” Jito melanjutkan kisah
butanya.
“ Lalu?” pancingku.
“ Sejak itu, baru ku sadari, kedua mataku sudah tidak berfungsi sama
sekali. Racun miras oplosan telah menghancurkan syaraf-syaraf di mataku.”
Hingga cerita bagian
ini,aku tak berani melanjutkan pertanyaan. Sesaat Jito diam, aku ikuti saja. Sampai akhirnya ia sendiri yang melanjutkan ceritanya.
“ Aku menjadi sangat emosian saat itu, setelah tahu aku sekarang buta! Kabeh wong
nek omah, tak amuk.*Semua orang di rumah ingin ku hajar* Aku maluuuuuu ketemu teman-teman. Aku mengurunggg diri di
rumah dalam waktu lama. Hanya beberapa teman akrabku saja yang ku kabari, aku
buta sekarang!” masih kata Jito.
Pemuda hitam manis ini
akhirnya memiliki semangat baru setelah bertemu
Pak Basuki.
“Aku solat Jumat di masjid Jatisari, ini perumahan kakakku. Setelah solat
Jumat, aku ditemui Pak Basuki, dan diajak kemari, ke rumah Sahabat Mata ini. Diberi
motivasi, pencerahan. Satu yang paling aku ingat dan membuatku ikhlas adalah
ungkapan Pak Basuki, disaat seseorang diambil indra penglihatannya oleh Allah
swt, itu tandanya satu pintu maksiat telah ditutup dan pintu surga menantinya,” ucap Jito lancar.
Dan memang,
sosok Jito yang kulihat saat itu, sudah tak memiliki beban. Ia sudah begitu
ringan menjalani takdirnya, takdir yang disumbang juga karena kebodohannya, mengakrabi minuman keras kala itu.
MATERI SIARAN.
Untuk materi siaran, mereka dapatkan dari pelatihan penyiaran yang
diberikan radio swasta di Semarang untuk kru radio Sahabat Mata. Risma Dewi,
Direktur Radio Sahabat Mata menuturkan tak ada kendala dalam melatih mereka.
“ Sebelum
siaran, saya latih olah vocal, latihan siaran 3 hari, mereka juga suka
cuap-cuap narsis dibelakang mix, mereka tinggal main mixernya saja, keyboard
mereka sebelum siaran dah bisa dulu, komputernya, dari tahun dulu dah bisa computer” tutur Risma.
Bukan hanya lancar
bersiaran, para penyiar radio Sahabat Mata ini mahir mengajari siaran para
penyiar remaja. Ada satu program yang mereka khususkan untuk memberi kesempatan
pelajar bersiaran. Mereka menyebar brosur kesekolah-sekolah tentang program
ini. Anggun, salah satu siswa yang
tertarik mengikuti pelatihan siaran tersebut.
“Kebeneran, sblmnya pengen,gmn jd penyiar radio, ya pengene cari pengalamam ttg penyiar radio gmn. Yg ngasi tau, ada undangan dari sini ke sekolahan. Terus kasi
buat ikutan disni,” kata Anggun.
IDE RADIO DARI BAKAT-BAKAT LUAR BIASA
Dari mana ide radio ini
berawal. Basuki, ketua Yayasan Sahabat Mata sekaligus pendiri radio tuna netra
menyatakan ide mendirikan radio muncul setelah dirinya mengetahui bakat-bakat
luar biasa komunitasnya dari pentas teather
tuna netra. Semua dilakoni tuna netra, kecuali make up dan lighthing.
“
Karena kebetulan temen-teman kan punya bakat tersendiri, ada yang
suka ngomong, ada yang musik.
Kalau bakat-bakat seperti ini tak dikembangkan, kan susah, sementara untuk mengembangkan potensi itu kita
lihat dari radio” jelas Basuki.
Tahun 2008, proses
pembuatan radio komunitas tuna netra dimulai. Basuki mengumpulkan dana dari
banyak pihak, iuran anggota komunitas sampai sponsor. Perlengkapan siaran
didapat secara bertahap.
“ Total 10 jutaan, pertama kali computer, ada 4. Yang buat apa saja, untuk belajar. komputer diradio 1, yang lain untuk latihan teman-teman disni, latihan komuter biasa, buat nulis, kenal kompuer operasikan, semua dilengkapi system jowz..screen reader,pembaca layar, kita instal agar tampilan dimonitor bisa berubah jadi audio.”
Radio Sahabat Mata sudah
mengudara 2010. Memulai siaran jam 3 sore sampai jam 10 malam.
Radio yang memakai tagline menuju jalan cahanya ini fokus pada program dakwah,
pendidikan hiburan dan motivasi.
Berjalan dengan kru yang minim dan para
penyandang tuna netra tak menyurutkan semangat awak radio untuk mengikis stigma
dari masyarakat yang selama ini kerap mereka terima.
“ Banyak sekali yg kita terima, stigma di masyarakat, selain tukang pijat, minta-minta. Jadi saya sering terjadi masuk toko sebelum ngomong sudah disodori uang dulu,500 -1000, dkira minta-minta, padahal kta mau beli,” curhat Basuki.
Inspirasi
Shinta Ardhan, Semarang,
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar